Rabu, September 26, 2018

kontradiksi pendidikan karakter

Budiruhiat

KONTRADIKSI PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER
Fenomena yang terjadi dalam kondisi carut marut berbagai peristiwa baik panggung politik, perekonomian, militer, social budaya  adalah rimba belantara yang harus dihadapi  setelah seorang anak Bangsa  menyelesaikan serangkaian pendidikan, atau setelah menyelesaikan studynya
Di sekolah diajarkan berbagai konsep yang begitu mulya dan penuh dengan kejujuran dan pengetahuan yang dibalut dengan pembiasaan baik sikap spiritual maupun pembiasaan sikap social, bahkan dalam beberapa tahun terkahir program pemerintah yang dikenal dengan nawacita nya presiden joko widodo mengamanatkan penguatan pendidikan karakter  (PPK) dengan 5 karakter yang ingin dibumikan dalam proses pembelajaran dikelas dimana dalam setiap Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) merupakan suatu keharusan untuk mengintegrasikan PPK dan menyampaikannya dalam setiap tatap muka dikelas.
Ini adalah upaya yang mulia dan program yang sangat penting dan strategis untuk menjawab kondisi Bangsa yang semakin hari semakin kritis karena gempuran media social dan  informasi dari berbagai media yang tidak mungkin terbendung lagi, dengan penguatan pendidikan karakter merupakan usaha yang nyata dari pemerintah untuk meminimalisir pengaruh karakter yang tidak baik yang terlanjur sudah berkembang dan mewarnai  gaya hidup.
Segala upaya tersebut sangatlah naïf jika hanya dilakukan di persekolahan saja. Sebab konsep PPK itu ada tiga ranah yaitu PPK kelas, PPK Sekolah dan PPK masyarakat. PPK masyarakat inilah sebenarnya  sangat menetukan keberhasilan pendidikan karakter, dalam arti PPK masyarakat bukan hanya masyarakat sekitar sekolah saja melainkan meliputi berbagai media informasi sebab di era digital seperti sekarang ini yang dinamakan lingkungan masyarakat tidak terlepas dari informasi yang hampir setiap detik update. Oleh sebab itu suguhan tayangan informasi dari televisi  ataupun media berita online yang  hampir setiap hari menyuguhkan berita Korupsi, berita kekerasan, kesewenang wenangan, disadari atau tidak itulah pendidikan karakter yang sesungguhnya, dimana pengalaman itu akan membekas dalam ingatan ditambah dengan kondisi dilapangan yang sama sekali tidak mendukung penguatan pendidikan karakter, seperti patwal Polisi ysang sedang mengawal pejabat dijalan tidak menunjukan sikap yang santun bagi pengguna jalan lainnya. Arogansi TNI ketika sedang latihan  tidak menunjukan bahwa mereka itu adalah abdi Negara dan pelindung masyarakat. Berdasarkan pengalaman pribadi ketika rombongan pasukan TNI sedang melintasi perkampungan  ada seorang pengendara motor yang melintas dan dianggap menghalangi  perjalanan para TNI abdi Negara yang sedang laitihan di hardiknya dengan kata kata yang tidak pantas keluar dari seorang abdi Negara. Ini contoh kecil pendidikan karakter dimasyarakat yang disaksikan oleh sebagian siswa yang setiap hari di ajarkan 5 karakter dasar yaitu religious, nasionalis, mandiri , gotong royong dan integritas sehingga di kelas ada seorang siswa yang bertanya  apakah pendidikan karakter itu khusus untuk siswa saja ?  tentu saja pertanyaan ini membutuhkan jawan yang komprehensip , sebab jika tidak dijelaskan secara baik mereka mereka akan menunjukan pengalamannya dalam kehidupan sehari hari, seperti  siswa diajari untuk jujur kok banyak penjabat yang korupsi, siswa diajarkan sopan santun kok aparat pemerintah dan pelindung rakyat tidak menunjukan sikap sebagai pengayom masyarakat walaupun dalam publikasi yang demikian itu sering diberi julukan “oknum” .
Peristiwa penganiyaan supporter persija oleh supporter persib bandung  hingga tewas,  berawal dari gagalnya penerapan pendidikan karakter dan peristiwa tersebut melibatkan pemuda pemuda yang masih dalam usia sekolah dimana setiap hari menerima materi dan pembiasaan pendidikan karakter
Pelayanan public yang diperagakan oleh aparatur Negara dalam melayani masyakat terkadang berbanding terbalik dengan pelayan yang diberikan oleh instansi swasta.
Menyadari keadaan kontradiksi seperti demikian  sangat dirasakan perlu adanya sinergitas peran serta pendidikan di sekolah dengan publikasi dan keteladanan pelayanan public  diberbagai instansi  baik negeri ataupun swasta. Ketulusan dan keikhlasan  sebagai pelayan public  turut menentukan   berhasilnya pendidikan karakter , komitmen dan konsekwensi  antara  ucapan dan perilaku juga sangat menentukan terbentuknya karakter yang diharapkan seperti konsep dalam pembelajaran yang akan berhasil itu jika siswa dibawa untuk terlibat secara langsung dalam materi pelajaran yang sedang dipelajari bukan sekedar teori atau konsep. Jika dalam pengalaman yang didapat dalam kehidupan sehari hari  konsep karakter yang disaksikan sehari hari bertolak belakang dengan  konsep yang diajarkan dikelas tentu saja akan menimbulkan kaburnya tujuan penguatan pendidikan karakter.
Padahal biaya yang dikeluarkan untuk menerapkan dan mensosialisasikan penguatan pendidikan karakter ini melalui berbagai pelatihan  tidak sedikit jumlahnya. 
Sebab begitu pentingnya penguatan pendidikan karakter  diperlukan sekali kebersamaan kesamaan visi keteladanan dan konsekwen dan komitmen dari semua pihak untuk membumikan penguatan pendidikan karakter di bumi Indonesia


Penulis
Budi Ruhiat, M.Pd
Guru PPKn di SMPN 1 Ngamprah kabupaten Bandung Barat


Tidak ada komentar:

Posting Komentar