Budiruhiat
KONTRADIKSI PENGUATAN
PENDIDIKAN KARAKTER
Fenomena yang terjadi dalam kondisi carut marut
berbagai peristiwa baik panggung politik, perekonomian, militer, social
budaya adalah rimba belantara yang harus
dihadapi setelah seorang anak Bangsa menyelesaikan serangkaian pendidikan, atau
setelah menyelesaikan studynya
Di sekolah diajarkan berbagai konsep yang begitu mulya
dan penuh dengan kejujuran dan pengetahuan yang dibalut dengan pembiasaan baik sikap
spiritual maupun pembiasaan sikap social, bahkan dalam beberapa tahun terkahir
program pemerintah yang dikenal dengan nawacita nya presiden joko widodo
mengamanatkan penguatan pendidikan karakter
(PPK) dengan 5 karakter yang ingin dibumikan dalam proses pembelajaran
dikelas dimana dalam setiap Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) merupakan
suatu keharusan untuk mengintegrasikan PPK dan menyampaikannya dalam setiap
tatap muka dikelas.
Ini adalah upaya yang mulia dan program yang sangat
penting dan strategis untuk menjawab kondisi Bangsa yang semakin hari semakin
kritis karena gempuran media social dan
informasi dari berbagai media yang tidak mungkin terbendung lagi, dengan
penguatan pendidikan karakter merupakan usaha yang nyata dari pemerintah untuk
meminimalisir pengaruh karakter yang tidak baik yang terlanjur sudah berkembang
dan mewarnai gaya hidup.
Segala upaya tersebut sangatlah naïf jika hanya
dilakukan di persekolahan saja. Sebab konsep PPK itu ada tiga ranah yaitu PPK
kelas, PPK Sekolah dan PPK masyarakat. PPK masyarakat inilah sebenarnya sangat menetukan keberhasilan pendidikan
karakter, dalam arti PPK masyarakat bukan hanya masyarakat sekitar sekolah saja
melainkan meliputi berbagai media informasi sebab di era digital seperti
sekarang ini yang dinamakan lingkungan masyarakat tidak terlepas dari informasi
yang hampir setiap detik update. Oleh
sebab itu suguhan tayangan informasi dari televisi ataupun media berita online yang hampir setiap
hari menyuguhkan berita Korupsi, berita kekerasan, kesewenang wenangan, disadari
atau tidak itulah pendidikan karakter yang sesungguhnya, dimana pengalaman itu
akan membekas dalam ingatan ditambah dengan kondisi dilapangan yang sama sekali
tidak mendukung penguatan pendidikan karakter, seperti patwal Polisi ysang
sedang mengawal pejabat dijalan tidak menunjukan sikap yang santun bagi
pengguna jalan lainnya. Arogansi TNI ketika sedang latihan tidak menunjukan bahwa mereka itu adalah abdi
Negara dan pelindung masyarakat. Berdasarkan pengalaman pribadi ketika
rombongan pasukan TNI sedang melintasi perkampungan ada seorang pengendara motor yang melintas
dan dianggap menghalangi perjalanan para
TNI abdi Negara yang sedang laitihan di hardiknya dengan kata kata yang tidak
pantas keluar dari seorang abdi Negara. Ini contoh kecil pendidikan karakter
dimasyarakat yang disaksikan oleh sebagian siswa yang setiap hari di ajarkan 5
karakter dasar yaitu religious, nasionalis, mandiri , gotong royong dan
integritas sehingga di kelas ada seorang siswa yang bertanya apakah pendidikan karakter itu khusus untuk
siswa saja ? tentu saja pertanyaan ini membutuhkan
jawan yang komprehensip , sebab jika tidak dijelaskan secara baik mereka mereka
akan menunjukan pengalamannya dalam kehidupan sehari hari, seperti siswa diajari untuk jujur kok banyak penjabat
yang korupsi, siswa diajarkan sopan santun kok aparat pemerintah dan pelindung
rakyat tidak menunjukan sikap sebagai pengayom masyarakat walaupun dalam
publikasi yang demikian itu sering diberi julukan “oknum” .
Peristiwa penganiyaan supporter persija oleh supporter
persib bandung hingga tewas, berawal dari gagalnya penerapan pendidikan
karakter dan peristiwa tersebut melibatkan pemuda pemuda yang masih dalam usia
sekolah dimana setiap hari menerima materi dan pembiasaan pendidikan karakter
Pelayanan public yang diperagakan oleh aparatur Negara
dalam melayani masyakat terkadang berbanding terbalik dengan pelayan yang
diberikan oleh instansi swasta.
Menyadari keadaan kontradiksi seperti demikian sangat dirasakan perlu adanya sinergitas
peran serta pendidikan di sekolah dengan publikasi dan keteladanan pelayanan
public diberbagai instansi baik negeri ataupun swasta. Ketulusan dan
keikhlasan sebagai pelayan public turut menentukan berhasilnya pendidikan karakter , komitmen
dan konsekwensi antara ucapan dan perilaku juga sangat menentukan terbentuknya
karakter yang diharapkan seperti konsep dalam pembelajaran yang akan berhasil
itu jika siswa dibawa untuk terlibat secara langsung dalam materi pelajaran
yang sedang dipelajari bukan sekedar teori atau konsep. Jika dalam pengalaman
yang didapat dalam kehidupan sehari hari
konsep karakter yang disaksikan sehari hari bertolak belakang
dengan konsep yang diajarkan dikelas
tentu saja akan menimbulkan kaburnya tujuan penguatan pendidikan karakter.
Padahal biaya yang dikeluarkan untuk menerapkan dan
mensosialisasikan penguatan pendidikan karakter ini melalui berbagai
pelatihan tidak sedikit jumlahnya.
Sebab begitu pentingnya penguatan pendidikan
karakter diperlukan sekali kebersamaan
kesamaan visi keteladanan dan konsekwen dan komitmen dari semua pihak untuk
membumikan penguatan pendidikan karakter di bumi Indonesia
Penulis
Budi Ruhiat, M.Pd
Guru PPKn di SMPN 1
Ngamprah kabupaten Bandung Barat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar